ARTIKEL PENDIDIKAN KRISTEN POPULER:
SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG BERHASIL
Oleh
Yarman Gulo, S.Th., M.Pd.K
Abstrak
Seluruh elemen kehidupan manusia membutuhkan seorang pemimpin. Sebuah Kerajaan tidak akan pernah ada kalau tidak ada raja yang memimpin. Sebuah negara tidak akan pernah terbentuk kalau tidak ada Presiden yang memimpinnya. Perusahaan tidak akan terbentuk tanpa ada seorang pemimpin, Organisasi tidak ada wujudnya tanpa seorang pemimpin, bahkan Rumah Tangga salah satu lembaga terkecil membutuhkan seorang pemimpin. Gereja sebagai lembaga yang bergerak dibidang kerohanianpun membutuhkan seorang pemimpin. Maju mundurnya sebuah lembaga terletak pada baik buruknya system kepemimpinan. John C. Maxwel menuturkan: “Segala sesuatu, jatuh bangunnya tergantung pada kepemimpinan”. John C. Maxwell menempatkan kepemimpinan itu sebagai motor penggerak dan kemudi kontrol dari segala sesuatu yang dikelola. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa kepemimpinan yang baik tidak akan diperoleh hasil yang maksimal. Dalam seri buku kepemimpinan George Barna menulis suatu penekanan betapa pentingnya peranan kepemimpinan itu yang dituangkannya dalam kalimat pendek demikian:”Tidak ada yang lebih penting dari pada kepemimpinan”. Keberhasilan adalah kerinduan setiap orang tanpa terkecuali. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh pemimpinnya. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas dan dengan rela memberdayakan orang-orang sekelilingnya menjadi pemimpin yang berhasil. DR.Kartini Kartono mengatakan kepemimpinan adalah “Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.”[1] Jadi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk satu tujuan. Seorang pemimpin pastilah memiliki suatu visi atau tujuan dan ia yakin dengan tujuan tersebut. John C.Maxwell berkata,”Sangat sukar untuk memisahkan kepemimpinan dan visi, semua pemimpin yang baik didorong oleh visi.”[2] Untuk mewujudkan suatu visi atau tujuan maka setiap pemimpin harus memiliki syarat-syarat Kepemimpinan yang berhasil.
Kata Kunci : Kepemimpinan dan Syarat-syaratnya
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Fakta sejarah telah cukup memberi bukti, bahwa kepemimpinan itu sepanjang zaman merupakan persoalan penting bagi umat manusia bahkan pada tiap-tiap Negara bisa nama pemimpinnya lebih terkenal seperti Jawaharlal Nehru dari India, Mao Tsetung dari RRC, dll. Kepemimpinan itu senantiasa menjadi masalah kemasyarakatan, artinya penting bagi kehidupan manusia.
Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh pemimpinnya. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dengan rela mengelilingi dirinya dengan para pemimpin. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang tidak mengganggap pemimpin lainnya, baik yang direkrutnya maupun yang dikembangkannya sendiri sebagai saingan.
Sifat dan Karakter Yang Harus Dimiliki Pemimpin
Sifat-sifat umum dari seorang pemimpin yang mengembangkan pemimpin-pemimpin baru dapat diuraikan dibawah ini, antara lain:
Disiplin
Sifat ini adalah yang pertama, karena tanpa sifat ini maka karunia-karunia lainnya, betapapun besarnya tidak akan berkembang. Hanya orang yang mendisplinkan dirinya yang akan mencapai daya yang setinggi-tingginya. Seorang pemimpin dapat memimpin orang lain, karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri.
“Seorang pemimpin adalah orang yang pertama-tama telah menyerah dengan sukarela dan belajar untuk mentaati disiplin yang berasal dari luar dirinya. Tetapi yang kemudian menaklukkan dirinya sendiri pada disiplin yang lebih keras dari dalam”[3]
Mereka yang memberontak terhadap penguasa dan meremehkan disiplin pribadi, jarang yang menjadi cakap menjadi pemimpin pada tingkat atas. Mereka mengelak dari kesulitan dan pengorbanan yang dituntut oleh kepemimpinan. Seorang pemimpin yang memiliki disiplin yang kuat, maka orang-orang lain akan merasakannya dan mereka akan mau menunjukkan kerjasama dalam menjalankan disiplin yang dikehendaki.
Berhikmat
Hikmat adalah kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan sebaik-baiknya. Suatu kecakapan untuk membedakan, kecakapan untuk menilai dan kebijaksanaan. Hikmat itu lebih daripada pengetahuan, yang merupakan kumpulan fakta. Hikmat mempunyai konotasi pribadi dan didalamnya tersirat pengertian kebijaksanaan. Sifat ini memberikan keseimbangan yang diperlukan oleh seorang pemimpin.
Kedudukan hikmat dalam kepemimpinan dinyatakan dalam pernyataan D.E Hoste, bahwa: “Jika seseorang kerena kedudukannya yang resmi , menghendaki ketaatan pihak lain tanpa mempertimbangkan akal sehat dan hati nurani orang itu, tindakan itu disebut tindakan sewenang-wenang.”[4] Sebaliknya jika melalui kebijaksanaan dan simpati, melalui doa, kuasa rohani dan hikmat yang benar, seseorang dapat mempengaruhi dan memberi penerangan kepada orang lain, sehingga orang itu dengan pertolongan pertimbangan akal sehat dan hati nuraninya, dipimpin untuk mengubah satu sikap dan mengambil sikap lain. Maka itulah yang disebut kepemimpinan rohani sejati.
Rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Kolose, sebagaimana tertulis dalam Kolose 1:9, “Supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.”[5] Demikian halnya dengan seorang pemimpin harus memiliki hikmat dalam kepemimpinannya.
Keberanian
Sifat keberanian sangat dituntut dari seorang pemimpin.Keberanian adalah sifat pikiran yang memungkinkan orang untuk menghadapi bahaya atau kesukaran dengan keteguhan tanpa rasa takut atau kecil hati. Keberanian seorang pemimpin dinyatakan dalam hal rela menghadapi kenyataan tidak enak, bahkan kenyataan dan keadaan menghancurkan dengan ketenangan hati dan kemudian bertindak teguh meskipun itu berarti mendatangkan ketidak populeran bagi dirinya sendiri. Keberanian bukan hanya sesaat, melainkan terus ada sampai terus ada sampai tugasnya selesai dilakukan.
Para pemimpin diharapkan menunjukkan keberanian dan ketenangan dalam menghadapi krisis. Orang lain mungkin menjadi bimbang dan hilang akal, tetapi para pemimpin tidak. Pemimpin harus mampu menguatkan para pengikutnya dalam menghadapi keadaan yang menghancurkan semangat dan pengaruh-pengaruh yang melemahkan.
Kerendahan Hati
Di bidang politik dan perdagangan, kerendahan hati bukanlah sifat yang diinginkan atau diperlukan. Dalam bidang itu pemimpin memerlukan dan mencari nama dan kedudukan. Menurut ukuran Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang sangat tinggi. Tidak menonjolkan diri adalah definisi yang diberikan Kristus untuk kepemimpinan. Seorang pemimpin dalam melatih para pengikutnya janganlah bersikap seperti penguasa yang sewenang-wenang, melainkan hendaknya dengan kerendahan hati.
Yesus adalah model kepemimpinan yang melayani dengan rendah hati. Pemimpin yang mengutamakan gengsi dan kedudukan sekali-kali tidak tergiur untuk rela melaukan yang begitu hina seperti apa yang Yesus lakukan. Dia membasuh kaki murid-muridNya menunjukan kerendahan hati-Nya, (Yohanes 13:5). Mereka pasti menganggapnya tidak menguntungkan untuk kenaikan pangkat. Namun dengan apa yang Yesus lakukan ternyata tindakan itu tidak mengubah Dia menjadi orang lain dan tidak bertentangan dengan harkat dan martabat suatu jabatan. Sifat ini haruslah dimiliki oleh seorang pemimpin.
Humoris
Humor merupakan karunia yang harus dikendalikan dan dipupuk. Humor yang bersih dan sehat akan meredakan ketegangan dan mengobati keadaan sulit. Humor sangat besar nilainya bagi seorang pemimpin karena bermanfaat bagi dirinya maupun pekerjaannya. DR. P.Octavianus mengatakan “Humor juga suatu pemberian Tuhan”[6] Yaitu humor yang dapat dikendalikan, sebab yang tidak dapat dikendalikan akan merusak nilai kepemimpinan.
Samuel Johnson menasehatkan,”agar setiap orang memakai sebagian waktunya untuk tertawa.”[7] Uskup Aguswhately pernah menulis bahwa:”Kita bukan saja harus memupuk pikiran semata-mata, melainkan juga hal-hal yang menyenangkan.”[8] Demikian juga Agres berkata bahwa: ”Selain kebajikan maka lelucon adalah sesuatu yang tidak boleh tidak ada pada kita di dunia ini.”[9] Dari beberapa pernyataan ini, jelaslah bahwa penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki rasa humor yang sehat dan bersih.
Pengendalian Diri Dan Kestabilan Emosi
Pengendalian diri dan kestabilan emosi sangat penting karena pemimpinn berinteraksi dengan banyak orang dan akan menjadi tempat mencurahkan banyak hal termasuk permasalahan yang harus diselesaikan. Alkitab katakan “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti
Rasul Paulus membuktikan marah yang benar dalam nasehatnya, “apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa.”[10] Kemarahan yang berpusat pada diri sendiri selalu berdosa. Agar tidak berdosa, kemarahan itu harus merupakan kegairahan akan hukum-hukum kebenaran dan kesucian, dengan kemuliaan Allah sebagai tujuannya.
Kesabaran
Untuk menjadi pemimpin yang baik diperlukan sifat kesabaran, Chrysostom menyebutkan, “kesabaran adalah sebagai ratu segala kebajikan.”[11] Kesabaran adalah keteguhan yaitu seseorang yang dapat menerima dengan gagah berani segala sesuatu yang dapat menimpa dirinya dalam hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun menjadi satu langkah kearah yang lebih baik. Kesabaran adalah kesanggupan untuk bertahan dengan berani dan berkemenangan yang memungkinkan seseorang melampaui keadaan krisis dengan tabah dan gembira.
Seorang pemimpin harus sabar terhadap kelemahan para pengikutnya. Pemimpin yang tidak sabar terhadap kelemahan akan mempunyai kekurangan dalam kepemimpinannya. Bukti kekuatan seorang pemimpin bukan hanya dalam hal meluncur dengan pesat, melainkan juga di dalam kesediaan untuk menyesuaikan langkahnya dengan langkah yang lebih lambat dari orang-orang yang lemah dengan tidak meninggalkan kepemimpinannya.
Syarat-Syarat Untuk Berhasil Bagi Pemimpin Kristen
Oleh karena kepemimpinan itu sebagai suatu tugas dan tanggung jawab yang membutuhkan skill, sikap dan karakter yang layak dicontoh oleh para pengikut maka bagi para pemimpin diharuskan memiliki syarat-syarat berikut ini:
Kehidupan Rohani
Orang-orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan rohaninya. Ini artinya mereka harus memiliki hubungan pribadi yang dalam dengan Allah. Salah satu kesalahan yang dilakukan para pemimpin ialah ketika mereka berada pada posisi puncak, tiba-tiba mereka mulai berpikir bahwa mereka adalah yang sangat penting sehingga tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang sebelumnya mereka kerjakan sehingga akhirnya mereka jatuh.
Seorang pemimpin harus berhati-hati apabila ia bekerja untuk Tuhan, tetapi tidak meluangkan waktu bersama-sama Dia. Firman Tuhan berkata ,”Allah yang meninggikan dan merendahkan juga.”[12] Jadi jika ingin menjadi pemimpin dalam kerajaanNya maka seorang pemimpin harus menjaga karakter dalam kehidupan rohaninya dan hidup dalam firmanNya.
Kehidupan Pribadi
Menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan pribadinya. Apa yang dilakukan seseorang pemimpin saat ia tidak berada diatas mimbar akan menentukan apa yang muncul di mimbar. Hal ini benar untuk bidang apapun dalam kepemimpinan. Apa yang terjadi dalam kehidupan pribadinya akan menentukan apa yang muncul dalam kehidupan profesinya. Joyce Meyer berkata bahwa, “Kita bisa saja memiliki karisma dan bisa menghasilkan kepura-puraan, tetapi tanpa karakter, kita tidak akan bisa berjalan.”[13] Apa yang terjadi dalam kehidupan pribadi berpengaruh pada apa yang terjadi di depan umum. Menjadi pemimpin haruslah menjaga kehidupan pribadinya dengan baik.
Kehidupan Sosial
Untuk menjadi seorang pemimpin ia harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan sosialnya. Apa yang dipilih seorang pemimpin sebagai hiburan, apa yang ia baca, apa yang dilakukan untuk bersenang-senang dan bersantai, apa yang ia percakapkan dengan teman dan keluarga, film, acara TV yang ia tonton. Semua ini menunjukkan karakternya.
Seorang pemimpin hendaknya melakukan hal-hal yang dapat membangun karakter bukan merusaknya dengan hal-hal yang tidak baik.Joyce Meyer juga berkata bahwa, “Kebutuhan akan hiburan yang terlalu berlebihan dapat merusak karakter.”[14] Jadi bagi seorang pemimpin bekerja harus lebih besar nilainya daripada hiburan.
Kehidupan Pernikahan dan Keluarga
Syarat menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam pernikahan dan keluarganya. Ia harus memperlakukan keluarganya dengan benar, memenuhi tanggungjawab keluarga, meluangkan waktu dengan anak-anak, menentukan skala prioritas dengan benar, memastikan bahwa kehidupan seksnya sehat dan menjaga komunikasi dengan baik. Juga memiliki disiplin dalam kehidupannnya agar dapat menjadi teladan bagi anggota keluarganya dan orang lain.
Kehidupan Keuangan
Orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan keuangannya. Mereka yang berada pada posisi kepemimpinan rohani harus mampu mengelola uang yang ada dengan baik. Mereka tidak boleh berhutang. Ini tidak berarti bahwa tidak boleh membeli apapun yang memerlukan pembayaran-pembayaran tetapi mereka tidak boleh hidup lebih besar pasak daripada tiang.
Seorang pemimpin rohani harus menjadi pemimpin pemberi persepuluhan dan ia harus memberi jauh melampaui persepuluhan. Ia murah hati dan pemberi. Ia menggunakan hikmat dalam keuangannya dan tahu apa yang terjadi dengan keuangannya.
Perkataan
Orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter dalam perkataannya. Ia harus mengatakan kebenaran. Ini adalah suatu wilayah yang sangat penting. Pemimpin akan kehilangan karakter jika ia membumbu-bumbui sebuah kisah sehingga kisah itu tidak lagi mengandung kebenaran tetapi hanya enak didengar saja.
Kadang-kadang seseorang mengatakan secara berlebihan hanya untuk memenuhi apa yang orang lain inginkan atau sebaliknya seseorang tidak mengatakan keseluruhan kebenaran karena ia tidak ingin kelihatan buruk.Merupakan suatu tantangan untuk menyatakan kebenaran mutlak dalam segala keadaan. Namun seorang pemimpin harus dapat melakukannya. Intinya seorang pemimpin harus sesuai antara perkataan dan perbuatan atau tindakannya.
Integritas
Fredsmith, S.R. mengatakan bahwa, “Penghargaan terhadap diri sendiri adalah indicator penting dari integritas kita sebagai seorang manusia.”[15] Tanpa integritas pribadi, tidak mungkin mempunyai integritas dalam memimpin orang lain. M.Karjadi mengatakan “Integritas, yakni kejujuran dan watak susila yang berdiri diatas segala keraguan dan celaan.”[16]
Pemimpin dengan karakter yang kuat kan memiliki kekuasaan, martabat dan integritas. Seorang pemimpin harus memelihara kehidupan rohaninya sehingga ia mampu menunjukkan hidup yang benar, jujur di dalam kepemimpinannya. Hal ini menunjukkan seorang pemimpin yang memimpin dengan integritas.
Ujian Kepemimpinan
Ujian ini adalah suatu hal yang biasa bagi setiap orang. Ujian selalu diberikan di sekolah-sekolah. Banyak produk dan perabot diuji dulu secara intensip untuk meneliti mutunya sebelum dilemparkan ke pasaran.
Ketika Allah menguji para pemimpin, Dia membantu mereka melewati penyaringan yang ketat yang akan menyingkapkan keaslian bahan dasar mereka. Lulus ujian merupakan jalan menuju kemajuan dan peningkatan. John C.Maxwell mengatakan: “Ujian adalah suatu kesempatan yang menantang pemimpin untuk mendemonstrasikan potensi dan kedewasaannya.”[17]
Ujian menyingkapkan tiga kebenaran, yaitu:
· Kemiskinan batin, yaitu ujian yang menyingkap bahwa seseorang telah memberi tanggapan yang tidak memadai dan telah gagal untuk bertindak taat.
· Kemandekan batin, yaitu ujian yang menyingkapkan bahwa seseorang belum dewasa, namun telah berhenti bertumbuh.
· Kemajuan batin, yaitu ujian yang menyingkapkan bahwa seseorang telah bertumbuh dan telah menanggapi dengan lebih baik dari pada waktu-waktu sebelumnya.
Seorang pemimpin untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus mengalami ujian-ujian di dalam proses kepemimpinannya. Di bawah ini ada beberapa ujian yang harus dilewati oleh seorang pemimpin.
Ujian Kepercayaan
Salah satu ujian yang bisa diantisipasi dalam perjalanan bersama Allah adalah ujian kepercayaan. Pemimpin harus belajar untuk mempercayai Allah ketika tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam kehidupan. Kadang-kadang hal yang sedang terjadi dalam hidup seseorang rasanya berlawanan dengan apa yang ia rasa telah disingkapkan Allah baginya. Itulah cara Allah memimpin para pemimpin dan harus belajar untuk mengikuti pimpinanNya, kalau tidak seseorang hanya akan mengikuti pikirannya dan akan kehilangan kehandak Allah bagi kehidupannya.
Tanpa mempercayai Allah hidup akan sengsara. Jadi harus belajar untuk percaya kepada Allah ketika tidak mengerti, dan ketika tidak melihat ada berkat esok hari.. Ujian ini akan menyingkapkan kemampuan dan integritas untuk melihat apakah seorang pemimpin berkompromi ketika berada di bawah tekanan.
Ujian Kegagalan
Siapakah manusia yang dapat mengklaim bahwa dirinya tidak pernah gagal dalam banyak hal dan banyak situasi yang berbeda-beda? Pemimpin yang besar sekalipun, pasti pernah mengalami kegagalan dalam kepemimpinannya. Suatu penyelidikan terhadap tokoh-tokoh Alkitab menyatakan bahwa sebagian besar orang membuat sejarah adalah orang-orang yang gagal dalam berbagai bidang dan sebagian lagi gagal secara drastis, tetapi mereka tidak putus asa. Kegagalan dan pertobatan mereka menjamin adanya satu konsep kasih karunia Allah yang lebih luas.
Seorang ahli sejarah bernama Froude menulis, “Nilai seorang manusia harus diukur oleh seluruh hidupnya, bukan oleh kegagalannya di bawah suatu tekanan tertentu yang luar biasa.”[18] Namun bagaimana cara seorang pemimpin menghadapi suatu kegagalan akan mempunyai akibat yang berarti untuk kepemimpinannya di masa yang akan datang.
Pemimpin yang berhasil adalah orang yang telah belajar tidak ada kegagalan yang bersifat abadi dan bertindak atas keyakinan itu, apakah kegagalan itu merupakan kegagalan sendiri atau kegagalan orang lain.
Ujian Waktu
Allah tidak bekerja sesuai dengan waktu manusia. Ia tidak pernah terlambat dan terburu-buru, sering kali Allah berkarya pada jam-jam tengah malam.
Pemimpin harus belajar mempercayai waktu Tuhan. Namun sebelumnya seorang pemimpin menyerahkan keinginan pribadinya kepada Allah agar Allah bebas berkarya sesuai dengan kehendaknya. Sebelum Allah bertindak, Ia harus memastikan bahwa seseorang tidak akan mengambil alih persoalan kedalam tangannya dan melakukan sesuatu hal diluar waktu-NYa yang sempurna.
Ujian Keputusasaan
Menjadi seorang pemimpin haruslah mengerti bahwa serangan-serangan iblis terus mengintainya melalui permasalahan untuk membuat dirinya membuat dirinya putus asa. Ketika seorang pemimpin harus menunggu sesuatu dalam waktu yang lama atau ketika segala sesuatu atau semua orang menentangnya, sehingga akhirnya letih dan hilanglah keberanian yang diperlukan untuk berjalan maju dan timbullah keputusasaan. Charles R.Swindoll mengatakan “penyebab yang paling merusak dari keputusasaan adalah kehilangan sama sekali keyakinan”.[19]
Apa yang harus diperbuat ketika mengalami keputusasaan ? Yang harus dalalukan adalah berperang melawan serangan tersebut karena keputusasaan tidak menolong sama sekali dan tidak membuat keadaan lebih baik namun akan lebih buruk.
Ujian Pengampunan
Seorang peminpin, ia juga harus mengalami ujian pengampunan. Seseorang telah berusaha melakukan apa yang benar tetapi akhirnya dia menerima hal-hal yang tidak wajar yang dapat menyakitkan hati. Ini adalah ujian pengampunan.
Dalam hal ini pemimpin harus dapat mengampuni mereka yang telah mengecewakannya. Dalam Alkitab dapat dilihat para pemimpin yang harus rela mengampuni , yaitu : Musa, Rasul Paulus, Yusuf, Stefanus, Ayub dan Yesus. Sebagai contoh , Ayub yang berdoa untuk sahabat-sahabatnya yang meninggalkan dia dalam kesakitan dan penderitaan ketika ia kehilangan segala miliknya. Mereka justru telah menghakimi dan mengkritik dirinya.
Sebagai hasil dari doa yang ia naikkan untuk mereka dan pengampunannya atas mereka ia menerima berkat dua kali lipat dari Tuhan. Untuk itu seorang pemimpin harus dapat mengampuni sesamanya.
Ujian Padang Gurun
Cara lain Allah menguji seseorang adalah dengan mengizinkannyanmengalami saat-saat kekeringan, saat diman tidak ada suati hal apapun yang menolong atau menyegarkan jiwanya. Dia pergi kegereja tetapi ketika keluar dari gereja tidak ada perubahan yang dialami. Dia membaca buku, bernyanyi, berdoa namun tidak ada perubahan. Segala sesuatunya kering bahkan sahabat dan teman pun tidak bisa memberi penghiburan. Sepertinya Allah tidak menyertai dan merasa terhilang dan merasa tidak terpanggil. Di saat gersang seorang pemimpin kelihatannya tidak mendapatkan apapun yang diinginkan, ia menjadi letih berkorban dan sangat merindukan agar sesuatu terjadi.
Dalam keadaan seperti ini, menjadi seorang pemimpin harus belajar untuk tidak mendasarkan segala sesuatu di atas emosi. Perasaan tidak menentukan apakah Allah beserta dengan dirinya atau tidak. Pemimpin harus ingat bahwa dia ditempatkan untuk jangka panjang, bukan hanya untuk saat-saat dimana segalanya terasa baik dan merasa senang, tetapi juga untuk saat-saat dimana tidak merasakan apa-apa (gersang).
Ujian Mengalami Pengkhianatan
Ujian yang lain akan dihadapi oleh seseorang pemimpin adalah ujian pengkhianatan. Penghianatan itu terkadang bukan dari orang lain tetapi justru dari orang yang paling dekat yang sudah dipercayai. Hal ini juga terjadi di dalam organisasi gereja. Joyce Meyer pernah berkata: “
Satu hal yang berbahaya apabila seorang pemimpin terlalu banyak berharap pada orang-orang yang ada disekitarnya. Saat pemimpin menetapkan diri dalam pengharapan bahwa mereka tidak akan menyakiti hati, maka saat itu pulalah seorang pemimpin telah menempatkan dirinya untuk mengalami kekecewaan yang sangat berat.
Setan sangat senang dengan pengkhianatan karena seringkali ketika seseorang mengalami penghianatan, dia merasa bahwa dirinya tidak bisa mempercayai siapapun. Dia ingin menyerah, berhenti dan pergi ketempat lain untuk menjadi petualang seorang diri dan melakukan apa yang ia inginkan sehingga dia tidak mengalami luka yang sama. Menjadi seorang pemimpin, harus bertekad bahwa dirinya tidak akan pernah membiarkan Iblis menghalanginya melainkan terus maju, sekalipun sedang mengalami penghianatan.
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan dapat dipahami dan dimengerti secara komprehensif apabila istilah itu diberi definisi yang tepat. Drs. Sugianto Wiryoputro, Akt. Mengetengahkan definisi Kepemimpinan itu dengan lebih holistic yang dikutip dari karya tulis H. Siagian ; “Kepemimpinan atau Leadership adalah cara atau teknik pimpinan atau manajer untuk mengarahkan dan menyuruh supaya orang lain mau mengerjakan apa yang ditugaskan” ( H.Siagian, 1977:27)[21]. Oleh karena itu setiap pribadi-pribadi yang diberi wewenang oleh Allah untuk melakukan kepemimpinan dalam bidang kehidupan manusia harus seharusnya memahami dan memiliki syarat-syarat kepemimpinan. Itulah sebabnya Kepemimpinan Kristen harus benar-benar memiliki persyaratan menjadi seorang pemimpin dan seorang visioner sehingga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin menjadi maksimal dan mendatangkan pertumbuha dan bukan kemerosotan dalam pelayanan. George Barna yang telah banyak makan garam dalam kepemimpinan dalam bukunya yang tergolong best seller itu menulis tentang syarat-syarat kepemimpinan. G. Barna mengutip tulisan Rasul Paulus tentang kepribadian seorang pemimpin yakni;” seorang pemimpin harus memiliki Moral tinggi, perilaku etis, sikap yang benar, motivasi yang murni, tujuan-tujuan yang baik, kebiasaan-kebiasaan positif, kwalitas persahabatan dan reputasi yang baik”.[22]
KEPUSTAKAAN
Buck Rodgers dan Irv Levey, Menggali Yang Terbaik Dari Diri Sendiri Dan Orang Lain (Jakarta: Mitra Utama, 1996).
C. Peter Wagner, Diatas Puncak Gelombang Menjadi seorang Kristen Dunia (Jakarta: Harvest Publication House, 1996(.
David Hocking, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin 7 Hukum Kepemimpinan Rohani (Yogyakarta: Andi, 1999).
DR. P. Octavianus, Managemen dan KepemimpinanMenurut Wahyu Allah (Malang: Gandum Mas, 1991).
Drs.Sugyanto Wiryoputro,Akt., Dasar-Dasar Managemen Kristiani (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2001).
Frank Damazio, Pemimpin Barisan Depan (Jakarta: Harvest Publication House, 1995).
George Barna, Leaderson Leadership-Pandangan Para Pemimpin Tentang Kepemimpinan (Malang: Gandum Mas, 2002).
James M. Jenks dan John M. Kelly, Delegasi dalam ManajemenPerusahaan-Rahasia Kekuatan Manajer Sukses, Jakarta: PT.BPK.Gunung Mulia, 1997.
James M. Kouzes dkk, Lima Teladan Kepemimpinan, Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer, 2004.
Jay Dennis, Leading With Billy Graham, Surabaya: Majesty Books Publisher, 2006.
John C. Maxwell, 17 Hukum Tak Tersangkali Dalam Kerjasama Tim, Indonesia: Equip, 2001.
John C. Maxwell, 21 Hukum Tak Terbantahkan Dalam Kepemimpinan,Indonesia:.Injoy Inc- 1998.
John C. Maxwell, Leadership The Success Journey,Jakarta: Harvest Publication House, 2003.
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Sekeliling Anda –Edisi Khusus,(Indonesia: PT.Mitra Media, 2001.
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Sekeliling Anda, Indonesia,.Injoy Inc- 1995.
John C. Maxwell,Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, Indonesia, Equip,1982.
John L. Mason, Anda Dilahirkan Oririsinil Jangan Mati Sebagai Salinan, Jakarta, Harvest Publication House,1994
John Stott,Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani, Jakarta,Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1996.
Johny The, Menjadi Pemimpin Unggul Dengan Strategi Marketing Paulus. Yogyakarta: Andi, 2006
Leinardo A. Sjiamsuri, 7 Langkah mencapai Kemenangan dan Terobosan, Jakarta: Nafiri Gabriel, 2004
LPMI, Managemen Pertumbuhan Gereja Dan Kepemimpinan Visioner,Jakarta:Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia, 1998.
Pdt. Ferry H.A. Lembong, STh., Hanya Oleh Anugerah Aku Jadi Seperti Aku Sekarang. Jakarta, Departemen Komukasi dan Penelitian Pengembangan Gereja Bethel Indonesia, 1998.
Robert D. Dale, Pelayanan Sebagai Pemimpin, Malang: Gandum Mas, 1997
Stephen R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective People, Jakarta, Binarupa Aksara, 1997.
Sun Tzu, Menang dalam Persaingan,Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993
David Garrison,10 Prinsip Penanaman Dan Pengembangan Gereja, Jakarta: YWAM Publishing Indonesia, 2002
George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja, Malang: Gandum Mas. 2002.
John Eckhardt, Bergerak di Jalur Kerasulan, Jakarta, Nafiri Gabriel, 2002
Peter Scazzero dan Warren Bird, Gereja Yang Sehat Secara Emosional, Batam: Gospel Press, 2005.
Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, Malang: Gandum Mas, 2003
[1]Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1994), 49.
[2]John C.Maxwell, Buku Equip 1 ( Jakatra : t.p., 2003, 15
[3]J.Oswald Sanders, Op.cit. 149.
[4]Ibid., 58
[5]Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1997), 259.
[6]DR.P.Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002), 183.
[7]Gottfriedo Sei-Mensah, Dicari Pemimpin Yang Menjadi Pelayan (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2001), 11.
[8] J.Oswald Sanders, Op.cit., 65.
[9] Ibid., 65
[10] Alkitab, Op.cit., 252
[11] J.Oswald Sanders, Op.cit., 69
[12] .Oswald Sanders, Op.cit.., 69.
[13] Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk ( Jakarta: Immanuel,2002), 260.
[14]Ibid., 269.
[15]Fredsmith, SR., Memimpin Dengan Integritas ( Jakarta: Imanuel, 2002), 17.
[16]M.Karjadi, Kepemimpinan (Leadership) (Bandung: PT.Karya Nusantara, 1993), 48
[17]John C. Maxwell, Buku Equip 2, Jakarta, 2003.
[18]J.Oswald Sanders, Op.cit., 135
[19] Charles R.Swindoll, Kepemimpinan Kristen yang Berhasil, (Surabaya: YAKIN),103.
[20]Joyce Meyer, Op.cit., 210.
[21]Drs. Sugianto Wiryoputro, Akt; Dasar-Dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: PT.BPK. Gunung Mulia, Tahun. 2001), 4.
[22]George Barna; Leaders On Leadership (Malang, Gandum Mas, 2002), 1001

0 Comments:
Posting Komentar