ARTIKEL PENDIDIKAN POPULER: PRINSIP-PRINSIP MENEMUKAN SUATU KEBENARAN (SUATU INDIKATOR BAGI PRAKTISI PENDIDIKAN DALAM USAHA MENEMUKAN DAN MENGUNGKAPKAN SUATU KEBENARAN ILMU PENGETAHUAN)

 ARTIKEL PENDIDIKAN POPULER:

PRINSIP-PRINSIP MENEMUKAN SUATU KEBENARAN (SUATU INDIKATOR BAGI PRAKTISI PENDIDIKAN DALAM USAHA MENEMUKAN DAN MENGUNGKAPKAN SUATU KEBENARAN ILMU PENGETAHUAN)

Oleh Yarman Gulo, S.Th., M.Pd.K 

(Alumni Sarjana Theologia STT Lets Bekasi, Magister Pendidikan Kristen dari STT Lintas Budaya Batam, Tenaga Pengajar di STT Global Misi, STT STT Oikumene Medan, STT Solafide, STIKES Mitra Husada Medan, SD Swasta Surya Anugerah dan SD Swasta Tunas Karya Deli Serdang, Guru Penggerak Angkatan 1 Kabupaten Deli Serdang dan Mahasiswa PPG IAKN Ambon 2023)


 

 

 

ABSTRAK

Kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi baik pendidikan umum (sekuler) maupun pendidikan agama di Indonesia diharuskan sesuatu kebenaran yang hakiki supaya hal itu tidak menyesatkan tetapi justru bermanfaat bagi umat manusia.

Dalam kamus Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kebenaran itu adalah “ hal atau keadaan cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya, sesuatu yang benar atau sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya; misal, kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama, kejujuran; ketulusan hati.” Kebenaran ialah “ kesesuaian pengetahuan dengan objeknya, jadi ketidaksesuaian pengetahuan dengan objeknya adalah kekeliruan (Sutrisno&D.R.M. Hanafi, 2007:43).”

Tulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui prinsip-prinsip menemukan suatu kebenaran ilmu pengetahuan baik yang diajarkan pada lembaga pendidikan sekuler dan pendidikan agama agar setiap praktisi pendidikan yaitu para pelajar, mahasiswa, guru dan dosen mempunyai prinsip-prinsip yang kokoh dalam menemukan dan menyatakan suatu kebenaran ilmu pengetahuan supaya pengetahuan yang diperoleh dapat berguna bagi diri sendiri, sesama dan lingkungan hidup.

Prinsip-prinsip dalam usaha menemukan dapat menggunakan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan secara non ilmiah dan pendekatan secara ilmiah. Tetapi bagi para praktisi pendidikan diharapkan berusaha menemukan dan menyatakan kebenaran suatu ilmu pengetahuan, dipastikan terlebih dahulu telah melakukan suatu proses atau pendekatan yang disebut pendekatan ilmiah melalui metode penelitian ilmiah atau setidak-tidaknya  telah menguji suatu kebenaran itu melalui cara berpikir secara ilmiah yaitu berpikir skeptik, analitik dan kritis.

 

Kata Kunci: Kebenaran dan Ilmu Pengetahuan.

 

Pendahuluan

 Manusia  akan puas apabila ia dapat memperoleh pengetahuan mengenai apa yang dipermasalahkan dan lebih puas lagi apabila pengetahuan yang diperoleh itu adalah pengetahuan yang benar. Oleh karena itu manusia selalu ingin mencari dan memperoleh pengetahuan yang benar (Kholid Narbuko dan Abu ahmadi,1997). [1]

 Kemudian menurut pandangan umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sehingga dengan cara ini maka jawaban yang diberikan berupa kebenaran yang hakiki.[2] Jadi kebenaran dalam  filsafat ilmu adalah suatu hal yang didambakan, dicari, dikejar sampai dapat. Bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan baik di sekolah-sekolah maupun di perguruan-perguruan tinggi, baik para siswa, mahasiswa, guru dan para dosen sangat penting memegang suatu prinsip-prinsip dalam menemukan da mengungkapkan suatu kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Dalam melakukan usaha mencari dan menemukan suatu kebenaran yang hakiki itu diperlukan azas-azas pokok, atau aturan-aturan yang dikenal dengan prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip dalam menemukan suatu kebenaran tersebutlah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

 

Pokok Permasalahan

Apakah prinsip-prinsip yang menjadi indikator bagi para praktisi pendidikan dalam menemukan suatu kebenaran ilmu pengetahuan?

 

Pembahasan

Pengertian Kebenaran

a.             Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Purwadarminta dan dikutip oleh Surajiyo[3], kebenaran adalah: 1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya), 2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya); misal, kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama, 3. Kejujuran; ketulusan hati.

b.            Kebenaran ialah kesesuaian pengetahuan dengan objeknya.[4] Jadi ketidaksesuaian pengetahuan dengan objeknya adalah kekeliruan.

c.             Benar adalah Persesuaian antara pikiran dan kenyataan (Randall dan Bucher :2011).[5]

d.            Menurut Jujun, kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu.[6]

e.             Dalam Kamus Alkitab[7] kebenaran dalam Perjanjian Lama:  Allah adalah keterpercayaan-Nya (Yesaya 65:16), laporan-laporan yang telah diuji secara pribadi ditetapkan sebagai benar dan terpercaya/teruji (1Raj.10:6-7).  Dalam Perjanjian Baru pengertian kebenaran adalah: pengetahuan yang tepat (1Tim.4:3; 2 Tim. 2:25), yang harus ditaati (Gal. 5:7), kebenaran Allah (Yoh.3:33), yang dinyatakan oleh Kristus (Yoh.8:26), Kristus sendiri adalah kebenaran (Yoh. 14:6), Roh Kudus adalah Roh Kebenaran (Yoh.15:26).

Jadi kebenaran yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah kebenaran umum dari suatu ilmu pengetahuan, baik yang dipelajari dan diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan sekuler sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi maupun pada lembaga pendidikan Agama Kristen seperti Sekolah Tinggi Teologi (STT) di seluruh Indonesia.

                

Prinsip-Prinsip Yang Harus Dikuasai Dalam Menemukan Suatu Kebenaran Ilmu Pengetahuan.

Prinsip-prinsip yang dimaksudkan di sini adalah asas pokok, hal-hal mendasar yang harus ada dalam menemukan suatu kebenaran dari ilmu pengetahuan. Prinsip-prinsip tersebut adalah memahami kriteria suatu kebenaran, jenis-jenis kebenaran dan cara-cara atau langkah-langkah menemukan  suatu kebenaran:

Memahami Kriteria Kebenaran

Ada tiga teori dari kriteria suatu kebenaran yang diungkapkan oleh Jujun:[8]

a.             Teory koherensi (teori kebenaran saling berhubungan).

Prpoposisi (pernyataan )dianggap benar bilamana pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten atau saling berhubungan dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

Contoh: pernyataan sebelumnya: “ semua makhluk hidup pasti mati” adalah pernyataan yang  benar, maka pernyataan kedua bahwa “pohon kelapa adalah  makhluk hidup dan pasti akan mati” adalah benar pula sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan  yang pertama.. Plato (427-347 S.M) dan Aristoteles (384-322 S.M.) mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu ukurnya.

Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren. Matematika disusun di atas beberapa pernyataan yang dianggap benar yakni aksioma. Dengan mempergunakan beberapa aksioma maka disusun teoroma. Di atas teoroma maka dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu system yang konsisten.

 

b.            Teori korespondensi (teori kebenaran saling  berkesesuaian). Teori ini digagas oleh Bernard Rusell (1972-1970).

 Suatu pernyataan dianggap benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan tersebut saling berkesesuaian dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang berkata bahwa” tugu monas ada di Jakarta” maka pernyataan itu benar sebab objek yang bersifat factual yaitu Jakarta memang tempat berdirinya tugu monas. Tetapi kalau seseorang berkata “tugu Monas ada di Semarang” maka pernyataan itu tidak benar sebab secara factual “Tugu Monas ada di Jakarta bukan di Semarang”. Jadi teori ini menyatakan bahwa sesuatu pernyataan kebenaran itu benar apabila sesuai dengan fakta-fakta yang ada.

 

c.             Teori pragmatisme (teori kebenaran konsekuensi kegunaan) ( Jujun, 1988; dan Sudarsono, 2001).

Teori ini dicetuskan oleh Peirce (1839-1914),  dalam sebuah makalah yang terbit yang berjudul “How to Make Our Ideas Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika.  Ahli filsafat ini diantaranya William James (1842-1910), John Dewey (1895-1952), George Herbert Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis.

Teori ini mengatakan:  bahwa kebenaran suatu pernyataan di ukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan benar jika pernyataan itu memiliki kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.  Misalnya: sebuah teori X dalam dunia pendidikan. Teori ini dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa. Maka teori X benar karena berfungsi dan mempunyai kegunaan.

 

 

Memahami Jenis-Jenis Kebenaran.

Menurut A.M.W. Pranaka (1897) ada tiga jenis kebenaran:[9]

a.       Kebenaran epistemological adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kadang-kadang disebut dengan istilah veritas cognitions ataupun veritas logica.

b.      Kebenaran ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan Apabila dihubungkan dengan kebenaran epistemological kadang-kadang disebut kebenaran sebagai sifat dasar yang ada dalam objek pengetahuan itu sendiri.

c.       Kebenaran semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. Disebut juga kebenaran moral karena apakah tutur kata atau bahasa itu mengkhianati atau tidak bertentangan terhadap kebenaran ontological atau epistemologikal tergantung kepada manusia yang mempunyai kemerdekaan untuk menggunakan tutur kata atau bahasa itu.

 

Memahami dan Melakukan Cara Menemukan Kebenaran.

Untuk memperoleh pengetahuan yang benar pada dasarnya ada 2 (dua) cara yang dapat ditempuh oleh manusia yaitu: Cara nonilmiah dan cara ilmiah. Menurut ahli filsafat pengetahuan yang benar pada mulanya diperoleh melalui cara nonilmiah dibanding dengan cara ilmiah karena keterbatasan daya pikir manusia. [10]

Menemukan Kebenaran Dengan Cara Nonilmiah

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan manusia untuk memperoleh kebenaran melalui cara non ilmiah[11] yaitu:

1.      Akal sehat, menurut Counaut yang dikutip oleh Kerlinger (1973) adalah serangkaian konsep dan bagan yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.

Konsep adalah pernyataan abtraksi yang digeneralisasikan dan hal-hal yang khusus.  Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang rangkaian dengan dalil-dalil hipotesis dari teori.  Akal sehat yang berupa konsep dapat menunjukkan hal yang benar, namun dapat juga menyesatkan. Sebagai contoh, pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak pendidik bahwa hukuman adalah alat utama dalam pendidikan. Tetapi penemuan ilmiah membantah kebenaran tersebut. Akal sehat banyak digunakan oleh orang awam.

2.      Prasangka, adalah pengetahuan yang dilakukan dengan akal sehat dan berubah menjadi prasangka karena ada kepentingan orang yang melakukannya.

3.      Pendekatan intuitif adalah pendapat mengenai sesuatu hal yang berdasarkan “pengetahuan” yang langsung didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang tidak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Metode semacam ini biasanya disebut pendekatan “apriori” mungkin cocok dengan dengan penalaran, namun belum tentu cocok utk pengalaman atau data empiris.

4.      Penemuan Kebetulan atau Coba-coba,. Penemuan ini diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, dan tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali. Contoh kasus; Seorang anak terkurung dalam kamar sedangkan pintunya terkunci, ia bingung, kebetulan ia melihat jendela tidak terkunci. Kemudian ia keluar melalui jendela. Penemuan coba-coba (trial and eror).

5.      Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah

Otoritas ilmiah dapat diperoleh seseorang yang telah menemukan pendidikan formal tertinggi, misalnya Doktor atau seseorang yang mempunyai pengalaman professional atau kerja ilmiah dalam suatu bidang cukup banyak (seorang professor). Biasanya pendapat mereka sering diterima tanpa harus diuji, karena dipandang benar yang mereka katakana. Namun pendapat otoritas ilmiah tidak selamanya benar bila pendapat mereka yang diungkapkan tidak berdasarkan hasil penelitian, namun hanya didasarkan pada pikiran logis semata. Bagi para praktisi sejati untuk menanggapi setiap pendapat otoritas ilmiah perlu menguji dulu dengan cara berpikir ilmiah yaitu skepik, analitik dan kritsis.

a.       Menemukan Kebenaran Dengan Cara Ilmiah.

Menurut Hartono Kasmadi., dkk., (1990), cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian ilmiah. Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum yaitu pelaksanaannya yang metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren. Artinya dituntut adanya sistem dalam metode maupun dalam hasilnya, Susunannya logis, Ciri lainnya adalah universalitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif dan tidak mengalami distorsi karena pelbagai prasangka subjektif. Agar penelitian ilmiah dapat dijamin keobjektivitasnya , maka tuntutan intersubjektivitas perlu dipenuhi. Penelitian ilmiah juga harus diverivikasi oleh semua peneliti yang relevan. Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperiksa oleh ilmuwan lain. Oleh karena itu penelitian ilmiah harus dapat dikomunikasikan. [12] Kebenaran yang diperoleh adalah hasil penelitian ilmiah yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris yang ditemukan dilapangan. Teori yang ditemukan dapat diuji keajekanya dan kejituannya. Pengetahuan ilmiah kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siap saja yang menghendaki untuk mengujinya. Cara ilmiah ini merupakan cara mutlak dalam menemukan suatu ilmu yang dapat berpikir secara ilmiah. Ada 3 tahapan berpikir secara ilmiah yang harus dilalui yaitu:[13]

b. Skeptik.

Cara berpikir ilmiah ini ditandai oleh cara orang di dalam menerima informasi atau pengetahuan tidak langsung diterima begitu saja, namun dia berusaha menanyakan fakta-fakta atau bukti terhadap setiap pernyataan yang diterimanya.

c.  Analitik

Ciri berpikir ilmiah kedua ditandai oleh cara orang dalam melakukan setiap kegiatan, ia selalu berusaha menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama dan sebagainya. Cara ini menghasilkan jawaban yang diharapkan terhadap  suatu permasalahan.

d. Kritis.

Ciri berpikir ilmiah ketiga ditandai dengan orang yang selalu berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang dihadapinya secara objektif. Ini dilakukan agar semua data dan pola pikir yang diterapkan dapat selalu logis. Jadi selalu membutuhkan data  dan  kerangka berpikir yang logis untuk menentukan suatu pernyataan yang benar.

Dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam mencari suatu kebenaran maka akan mendapatkan hasil kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan atau cara ini tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasaan. Cara menyimpulkannya pun bersifat tidak subjektif tetapi obejektif. Pendekatan ilmiah inilah yang patut dikuasai oleh seorang ilmuwan terlebih-lebih para dosen/guru yang menyampaikan suatu kebenaran ilmu pengetahuan dan juga para murid, siswa dan mahasiswa yang menuntut ilmu.pengetahuan.

 

 

Kesimpulan

Dalam proses mencari suatu kebenaran diperlukan prinsip-prinsip supaya kebenaran yang ditemukan benar-benar akurat dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Adapun prinsip-prinsip yang diperlukan dalam menemukan suatu kebenaran itu yaitu: Bahwa suatu temuan pengetahuan maupun ilmu pengetahuan hanya dapat dikatakan kebenaran apabila hakekatnya sungguh-sungguh ada dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Penemuan tersebut memiliki tiga kriteria yaitu: koheren (berhubungan dengan pernyataan sebelumnya), korespondensi (sesuai kenyataan) dan pragmatis (bermanfat). Pada proses penemuan suatu kebenaran tersebut menggunakan suatu pendekatan atau cara. Pendekatan atau cara yang dapat diterima pada umumnya ialah dengan menggunakan metode ilmiah atau dengan metode non ilmiah. Namun dalam proses penemuan kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang akurat maka pendekatan atau cara yang digunakan dalam proses pencarian kebenaran harus secara ilmiah.

Daftar Pustaka

Browning, W.R.F.  Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007.

 Ihsan, H.A. Fuad. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Hanfie, Rita & Soetriono. Filsafat Ilmu Dan Metodelogi Penelitian. Yoyakarta: Penerbit ANDI, 2007.

Surajiyo. Fisafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Koamesakh, Adolfina. Diktat Mata Kuliah Fisafat Umum Progaram Pasca Sarjana. Medan: STT Paulus, 2012.



[1]H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 136

[2] Soetriono&SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Peneltian, (Yoyakarta: Penerbit ANDI,2007), 20.

[3]Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cetakan ke-5), 102.

[4]Soetriono&SRDm Rita Hanafie, Op.Cit.,43.

[5]H.A. Fuad Ihsan, Ibid., 132.

[6]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,  (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007, Cetakan ke-20), 50.

[7]W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, Cetakan ke-1), 55.

[8]Ibid., 55-59

[9]Surajiyo, Ibid., 102

[10]H.A. Fuad Ihsan, Ibid., 136.

[11]Ibid., 137-139.

[12]Surajiyo, Ibid., 101.

[13]H.A. Fuad Ihsan, Ibid., 140.


ARTIKEL PENDIDIKAN POPULER: SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG BERHASIL

 ARTIKEL PENDIDIKAN KRISTEN POPULER:


SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN KRISTEN YANG BERHASIL

Oleh

Yarman Gulo, S.Th., M.Pd.K

 


 

 

Abstrak

Seluruh elemen kehidupan manusia membutuhkan seorang pemimpin. Sebuah Kerajaan tidak akan pernah ada kalau tidak ada raja yang memimpin.   Sebuah negara tidak akan pernah terbentuk kalau tidak ada Presiden yang memimpinnya.   Perusahaan tidak akan terbentuk tanpa ada seorang pemimpin, Organisasi tidak ada wujudnya tanpa seorang pemimpin, bahkan Rumah Tangga salah satu lembaga terkecil membutuhkan seorang pemimpin.  Gereja sebagai lembaga yang bergerak dibidang kerohanianpun membutuhkan seorang pemimpin. Maju mundurnya sebuah lembaga terletak pada baik buruknya system kepemimpinan.   John C. Maxwel menuturkan: “Segala sesuatu, jatuh bangunnya tergantung pada kepemimpinan”.   John  C. Maxwell menempatkan kepemimpinan itu sebagai motor penggerak dan kemudi kontrol dari segala sesuatu yang dikelola.  Hal ini menunjukkan bahwa tanpa kepemimpinan yang baik tidak akan diperoleh hasil yang maksimal. Dalam seri buku kepemimpinan George Barna menulis suatu penekanan betapa pentingnya peranan kepemimpinan itu yang dituangkannya dalam kalimat pendek demikian:”Tidak ada yang lebih penting dari pada kepemimpinan”.  Keberhasilan adalah kerinduan setiap orang tanpa terkecuali.  Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh pemimpinnya.  Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas dan dengan rela memberdayakan orang-orang sekelilingnya menjadi pemimpin yang berhasil. DR.Kartini Kartono mengatakan kepemimpinan adalah  “Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.”[1]  Jadi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk satu tujuan. Seorang pemimpin pastilah memiliki suatu visi atau tujuan dan ia yakin dengan tujuan tersebut. John C.Maxwell berkata,”Sangat sukar untuk memisahkan kepemimpinan dan visi, semua pemimpin yang baik didorong oleh visi.”[2] Untuk mewujudkan suatu visi atau tujuan maka setiap pemimpin harus memiliki syarat-syarat Kepemimpinan yang berhasil.

Kata Kunci : Kepemimpinan dan Syarat-syaratnya

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fakta sejarah telah cukup memberi bukti, bahwa kepemimpinan itu sepanjang zaman merupakan persoalan penting bagi umat manusia bahkan pada tiap-tiap Negara  bisa nama pemimpinnya lebih terkenal  seperti Jawaharlal Nehru dari India, Mao Tsetung dari RRC, dll. Kepemimpinan itu senantiasa menjadi masalah kemasyarakatan, artinya penting bagi kehidupan manusia.

Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh pemimpinnya.  Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dengan rela mengelilingi dirinya dengan para pemimpin. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang tidak mengganggap pemimpin lainnya, baik yang direkrutnya  maupun yang dikembangkannya sendiri sebagai saingan.

 

Sifat dan Karakter Yang  Harus Dimiliki Pemimpin

Sifat-sifat umum dari seorang pemimpin yang mengembangkan pemimpin-pemimpin baru dapat diuraikan dibawah ini, antara lain:

Disiplin

Sifat ini adalah yang pertama, karena tanpa sifat ini maka karunia-karunia lainnya, betapapun besarnya tidak akan berkembang. Hanya orang yang mendisplinkan dirinya yang akan mencapai daya yang setinggi-tingginya. Seorang pemimpin dapat memimpin orang lain, karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri.

“Seorang pemimpin adalah orang yang pertama-tama telah menyerah dengan sukarela dan belajar untuk mentaati disiplin yang berasal dari luar dirinya. Tetapi yang kemudian menaklukkan dirinya sendiri pada disiplin yang lebih keras dari dalam”[3]

Mereka yang memberontak terhadap penguasa dan meremehkan disiplin pribadi, jarang yang menjadi cakap menjadi pemimpin pada tingkat atas. Mereka mengelak dari kesulitan dan pengorbanan yang dituntut oleh kepemimpinan. Seorang pemimpin yang memiliki disiplin yang kuat, maka orang-orang lain akan merasakannya dan mereka akan mau menunjukkan kerjasama dalam menjalankan disiplin yang dikehendaki.

 

Berhikmat

Hikmat adalah kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan sebaik-baiknya. Suatu kecakapan untuk membedakan, kecakapan  untuk menilai dan kebijaksanaan. Hikmat itu lebih daripada pengetahuan, yang merupakan kumpulan fakta. Hikmat mempunyai konotasi pribadi dan didalamnya tersirat pengertian kebijaksanaan.  Sifat ini memberikan keseimbangan yang diperlukan oleh seorang pemimpin.

Kedudukan hikmat dalam kepemimpinan dinyatakan dalam pernyataan D.E Hoste, bahwa: “Jika seseorang kerena kedudukannya yang resmi , menghendaki ketaatan pihak lain tanpa mempertimbangkan akal sehat dan hati nurani orang itu, tindakan itu disebut tindakan sewenang-wenang.”[4]  Sebaliknya jika melalui kebijaksanaan dan simpati, melalui doa, kuasa rohani dan hikmat yang benar, seseorang dapat mempengaruhi dan memberi penerangan kepada orang lain, sehingga orang itu dengan pertolongan pertimbangan akal sehat dan hati nuraninya, dipimpin untuk mengubah satu sikap dan mengambil sikap lain. Maka itulah yang disebut kepemimpinan rohani sejati.

Rasul Paulus berdoa untuk jemaat di Kolose, sebagaimana tertulis dalam Kolose 1:9, “Supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.”[5] Demikian halnya dengan seorang pemimpin harus memiliki hikmat dalam kepemimpinannya.

 

Keberanian

Sifat keberanian sangat dituntut dari seorang pemimpin.Keberanian adalah sifat pikiran yang memungkinkan orang untuk menghadapi bahaya atau kesukaran dengan keteguhan tanpa rasa takut atau kecil hati.             Keberanian seorang pemimpin dinyatakan dalam hal rela menghadapi kenyataan tidak enak, bahkan kenyataan dan keadaan menghancurkan dengan ketenangan hati dan kemudian bertindak teguh meskipun itu berarti mendatangkan ketidak populeran bagi dirinya sendiri. Keberanian bukan hanya sesaat, melainkan terus ada sampai terus ada sampai tugasnya selesai dilakukan.

Para pemimpin diharapkan menunjukkan keberanian dan ketenangan dalam menghadapi krisis. Orang lain mungkin menjadi bimbang dan hilang akal, tetapi para pemimpin tidak. Pemimpin harus mampu menguatkan para pengikutnya dalam menghadapi keadaan yang menghancurkan semangat dan pengaruh-pengaruh yang melemahkan.

 

Kerendahan Hati

Di bidang politik dan perdagangan, kerendahan hati bukanlah sifat yang diinginkan atau diperlukan. Dalam bidang itu pemimpin memerlukan dan mencari nama dan kedudukan. Menurut ukuran Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang sangat tinggi. Tidak menonjolkan diri adalah definisi yang diberikan Kristus untuk kepemimpinan. Seorang pemimpin dalam melatih para pengikutnya janganlah bersikap seperti penguasa yang sewenang-wenang, melainkan hendaknya dengan kerendahan hati.

Yesus adalah model kepemimpinan yang melayani dengan rendah hati. Pemimpin yang mengutamakan gengsi dan kedudukan sekali-kali tidak tergiur untuk rela melaukan yang begitu hina seperti apa yang Yesus lakukan. Dia membasuh kaki murid-muridNya menunjukan kerendahan hati-Nya, (Yohanes 13:5). Mereka pasti menganggapnya tidak menguntungkan untuk kenaikan pangkat. Namun dengan apa yang Yesus lakukan ternyata tindakan itu tidak mengubah Dia menjadi orang lain dan tidak bertentangan dengan harkat dan martabat suatu jabatan. Sifat ini haruslah dimiliki oleh seorang pemimpin.

 

Humoris

Humor merupakan karunia yang harus dikendalikan dan dipupuk. Humor yang bersih dan sehat akan meredakan ketegangan dan mengobati keadaan sulit. Humor sangat besar nilainya bagi seorang pemimpin karena bermanfaat bagi dirinya maupun pekerjaannya.  DR. P.Octavianus mengatakan “Humor juga suatu pemberian Tuhan”[6] Yaitu humor yang dapat dikendalikan, sebab yang tidak dapat dikendalikan akan merusak nilai kepemimpinan.

Samuel Johnson menasehatkan,”agar setiap orang memakai sebagian waktunya untuk tertawa.”[7] Uskup Aguswhately pernah menulis bahwa:”Kita bukan saja harus memupuk pikiran semata-mata, melainkan juga hal-hal yang menyenangkan.”[8] Demikian juga Agres berkata bahwa: ”Selain kebajikan maka lelucon adalah sesuatu yang tidak boleh tidak ada pada kita di dunia ini.”[9] Dari beberapa pernyataan ini, jelaslah bahwa penting bagi seorang pemimpin untuk memiliki rasa humor yang sehat dan bersih.

 

 

Pengendalian Diri Dan Kestabilan Emosi

Pengendalian diri dan kestabilan emosi sangat penting karena pemimpinn berinteraksi dengan banyak orang dan akan menjadi tempat mencurahkan banyak hal termasuk permasalahan yang harus diselesaikan. Alkitab katakan “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya. (Ams 25:28)”Artinya  bukan tidak bisa marah, kalau pun marah tetap terkontrol. Kemarahan yang benar tidak kurang luhurnya daripada kasih. Para pemimpin besar yang telah menyelamatkan bangsanya dari kemunduran nasional dan kemunduran rohani merupakan orang-orang yang bisa marah terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan yang tidak memuliakan Allah dan memperhamba manusia.

Rasul Paulus membuktikan marah yang benar dalam nasehatnya, “apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa.”[10] Kemarahan yang berpusat pada diri sendiri selalu berdosa. Agar tidak berdosa, kemarahan itu harus merupakan kegairahan akan hukum-hukum kebenaran dan kesucian, dengan kemuliaan Allah sebagai tujuannya.

                       

Kesabaran

Untuk menjadi pemimpin yang baik diperlukan sifat kesabaran, Chrysostom menyebutkan, “kesabaran adalah sebagai ratu segala kebajikan.”[11]  Kesabaran adalah keteguhan yaitu seseorang yang dapat menerima dengan gagah berani segala sesuatu yang dapat menimpa dirinya dalam hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun menjadi satu langkah kearah yang lebih baik. Kesabaran adalah kesanggupan untuk bertahan dengan berani dan berkemenangan yang memungkinkan seseorang melampaui keadaan krisis dengan tabah dan gembira.

Seorang pemimpin harus sabar terhadap kelemahan para pengikutnya.  Pemimpin yang tidak sabar terhadap kelemahan akan mempunyai kekurangan dalam kepemimpinannya. Bukti kekuatan seorang pemimpin bukan hanya dalam hal meluncur dengan pesat, melainkan juga di dalam kesediaan untuk menyesuaikan langkahnya dengan langkah yang lebih lambat  dari orang-orang yang lemah dengan tidak meninggalkan kepemimpinannya.

 

 

Syarat-Syarat Untuk Berhasil Bagi Pemimpin Kristen

Oleh karena kepemimpinan itu sebagai suatu tugas dan tanggung jawab yang  membutuhkan skill, sikap dan karakter yang layak dicontoh oleh para pengikut maka bagi para pemimpin diharuskan memiliki syarat-syarat berikut ini:

Kehidupan Rohani

Orang-orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan rohaninya. Ini artinya mereka harus memiliki hubungan pribadi yang dalam dengan Allah. Salah satu kesalahan yang dilakukan para pemimpin ialah ketika mereka berada pada posisi puncak, tiba-tiba mereka mulai berpikir bahwa mereka adalah yang sangat penting sehingga tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang sebelumnya mereka kerjakan sehingga akhirnya mereka jatuh.

Seorang pemimpin harus berhati-hati apabila ia bekerja untuk Tuhan, tetapi tidak meluangkan waktu bersama-sama Dia. Firman Tuhan berkata ,”Allah yang meninggikan dan merendahkan juga.”[12] Jadi jika ingin menjadi pemimpin dalam kerajaanNya maka seorang pemimpin harus menjaga karakter dalam kehidupan rohaninya dan hidup dalam firmanNya.

 

Kehidupan Pribadi

Menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan pribadinya. Apa yang dilakukan seseorang pemimpin saat ia tidak berada diatas mimbar akan menentukan apa yang muncul di mimbar. Hal ini benar untuk bidang apapun dalam kepemimpinan. Apa yang terjadi dalam kehidupan pribadinya akan menentukan apa yang muncul dalam kehidupan profesinya. Joyce Meyer berkata bahwa, “Kita bisa saja memiliki karisma dan bisa menghasilkan kepura-puraan, tetapi tanpa karakter, kita tidak akan bisa berjalan.”[13] Apa yang terjadi dalam kehidupan pribadi berpengaruh pada apa yang terjadi di depan umum. Menjadi pemimpin haruslah menjaga kehidupan pribadinya dengan baik.

 

Kehidupan Sosial

Untuk menjadi seorang pemimpin ia harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan sosialnya. Apa yang dipilih seorang pemimpin sebagai hiburan, apa yang  ia baca, apa yang dilakukan untuk bersenang-senang dan bersantai, apa yang ia percakapkan dengan teman dan keluarga, film, acara TV yang ia tonton. Semua ini menunjukkan karakternya.

Seorang pemimpin hendaknya melakukan hal-hal yang dapat membangun karakter bukan merusaknya dengan hal-hal yang tidak baik.Joyce Meyer juga berkata bahwa, “Kebutuhan akan hiburan yang terlalu berlebihan dapat merusak karakter.”[14] Jadi bagi seorang pemimpin bekerja harus lebih besar nilainya daripada hiburan.

 

Kehidupan Pernikahan dan Keluarga

Syarat menjadi pemimpin  harus memiliki karakter yang baik dalam pernikahan dan keluarganya. Ia harus memperlakukan keluarganya dengan benar, memenuhi tanggungjawab keluarga, meluangkan waktu dengan anak-anak, menentukan skala prioritas dengan benar, memastikan bahwa kehidupan seksnya sehat dan menjaga komunikasi dengan baik. Juga memiliki disiplin dalam kehidupannnya agar dapat menjadi teladan bagi anggota keluarganya dan orang lain.

 

Kehidupan Keuangan

Orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan keuangannya. Mereka yang berada pada posisi kepemimpinan rohani harus mampu mengelola uang yang ada dengan baik. Mereka tidak boleh berhutang. Ini tidak berarti bahwa tidak boleh membeli apapun yang memerlukan pembayaran-pembayaran tetapi mereka tidak boleh hidup lebih besar pasak daripada tiang.

Seorang pemimpin rohani harus menjadi pemimpin pemberi persepuluhan dan ia harus memberi jauh melampaui persepuluhan. Ia murah hati dan pemberi. Ia menggunakan hikmat dalam keuangannya dan tahu apa yang terjadi dengan keuangannya.

 

Perkataan

Orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter dalam perkataannya. Ia harus mengatakan kebenaran. Ini adalah suatu wilayah yang sangat penting. Pemimpin akan kehilangan karakter jika ia membumbu-bumbui sebuah kisah sehingga kisah itu tidak lagi mengandung kebenaran tetapi hanya enak didengar saja.

Kadang-kadang seseorang mengatakan secara berlebihan hanya untuk memenuhi apa yang orang lain inginkan atau sebaliknya seseorang tidak mengatakan keseluruhan kebenaran karena ia tidak ingin kelihatan buruk.Merupakan suatu tantangan untuk menyatakan kebenaran mutlak dalam segala keadaan. Namun seorang pemimpin harus dapat melakukannya. Intinya seorang pemimpin harus sesuai antara perkataan dan perbuatan atau tindakannya.

 

Integritas

Fredsmith, S.R. mengatakan bahwa, “Penghargaan terhadap diri sendiri adalah indicator penting dari integritas kita sebagai seorang manusia.”[15] Tanpa integritas pribadi, tidak mungkin mempunyai integritas dalam memimpin orang lain. M.Karjadi mengatakan “Integritas, yakni kejujuran dan watak  susila yang berdiri diatas segala keraguan dan celaan.”[16]

Pemimpin dengan karakter yang kuat kan memiliki kekuasaan, martabat dan integritas. Seorang pemimpin harus memelihara kehidupan rohaninya  sehingga ia mampu menunjukkan hidup yang benar, jujur di dalam kepemimpinannya. Hal ini menunjukkan seorang pemimpin yang memimpin dengan integritas.

 

Ujian Kepemimpinan

Ujian ini adalah suatu hal yang biasa bagi setiap orang. Ujian selalu diberikan di sekolah-sekolah. Banyak produk dan perabot diuji dulu secara intensip untuk meneliti mutunya  sebelum dilemparkan ke pasaran.  

Ketika Allah menguji para pemimpin, Dia membantu mereka melewati penyaringan yang ketat yang akan menyingkapkan keaslian bahan dasar mereka. Lulus ujian merupakan jalan menuju kemajuan dan peningkatan. John C.Maxwell mengatakan: “Ujian adalah suatu kesempatan yang menantang pemimpin untuk mendemonstrasikan potensi dan kedewasaannya.”[17]

Ujian menyingkapkan tiga kebenaran, yaitu:

·         Kemiskinan batin, yaitu ujian yang menyingkap bahwa seseorang telah memberi tanggapan yang tidak memadai dan telah gagal untuk bertindak taat.

·         Kemandekan batin, yaitu ujian yang menyingkapkan bahwa seseorang belum dewasa, namun telah berhenti bertumbuh.

·         Kemajuan batin, yaitu ujian yang menyingkapkan bahwa seseorang telah bertumbuh dan telah menanggapi dengan lebih baik dari pada waktu-waktu sebelumnya.

Seorang pemimpin untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus mengalami ujian-ujian di dalam proses kepemimpinannya. Di bawah ini ada beberapa ujian yang harus dilewati oleh seorang pemimpin.

 

Ujian Kepercayaan

Salah satu ujian yang bisa diantisipasi dalam perjalanan bersama Allah adalah ujian kepercayaan.  Pemimpin harus belajar untuk mempercayai Allah ketika tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam kehidupan. Kadang-kadang hal yang sedang terjadi dalam hidup seseorang rasanya berlawanan dengan apa yang ia rasa telah disingkapkan Allah baginya. Itulah cara Allah memimpin para pemimpin dan harus belajar untuk mengikuti pimpinanNya, kalau tidak  seseorang hanya akan mengikuti pikirannya dan akan kehilangan kehandak Allah bagi kehidupannya.

Tanpa mempercayai Allah hidup akan sengsara. Jadi harus belajar untuk percaya kepada Allah ketika tidak mengerti, dan ketika tidak melihat ada berkat esok hari.. Ujian ini akan menyingkapkan kemampuan dan integritas untuk melihat apakah seorang pemimpin berkompromi ketika berada di bawah tekanan.

 

Ujian Kegagalan

Siapakah manusia yang dapat mengklaim bahwa dirinya tidak pernah gagal dalam banyak hal dan banyak situasi yang berbeda-beda? Pemimpin yang besar sekalipun, pasti pernah mengalami kegagalan dalam kepemimpinannya.                              Suatu penyelidikan terhadap tokoh-tokoh Alkitab menyatakan bahwa sebagian besar orang membuat sejarah adalah orang-orang yang gagal dalam berbagai bidang dan sebagian lagi gagal secara drastis, tetapi mereka tidak putus asa. Kegagalan dan pertobatan mereka menjamin adanya satu konsep kasih karunia Allah yang lebih luas.

Seorang ahli sejarah bernama Froude menulis, “Nilai seorang manusia harus diukur oleh seluruh hidupnya, bukan oleh kegagalannya di bawah suatu tekanan tertentu yang luar biasa.”[18] Namun bagaimana cara seorang pemimpin menghadapi suatu kegagalan akan mempunyai akibat yang berarti untuk kepemimpinannya di masa yang akan datang.

Pemimpin yang berhasil adalah orang yang telah belajar tidak ada kegagalan yang bersifat abadi dan bertindak atas keyakinan itu, apakah kegagalan itu merupakan kegagalan sendiri atau kegagalan orang lain.

 

Ujian Waktu 

Allah tidak bekerja sesuai dengan waktu manusia. Ia tidak pernah terlambat dan terburu-buru, sering kali Allah berkarya pada jam-jam tengah malam. Kadang-kadang Ia menunggu sampai detik terakhir baru ia berikan apa yang dibutuhkan seseorang. Seolah-olah seorang pemimpin adalah orang yang sedang tenggelam dan Allah datang untuk menyelamatkannya pada saat terakhir.

Pemimpin harus belajar mempercayai waktu Tuhan. Namun sebelumnya seorang pemimpin menyerahkan keinginan pribadinya kepada Allah agar Allah bebas berkarya sesuai dengan kehendaknya. Sebelum Allah bertindak, Ia harus memastikan bahwa seseorang tidak akan mengambil alih persoalan kedalam tangannya dan melakukan sesuatu hal diluar waktu-NYa yang sempurna.

 

Ujian Keputusasaan

Menjadi seorang pemimpin haruslah mengerti bahwa serangan-serangan iblis terus mengintainya melalui permasalahan untuk membuat dirinya membuat dirinya putus asa. Ketika seorang pemimpin harus menunggu sesuatu dalam waktu yang lama atau ketika segala sesuatu atau semua orang menentangnya, sehingga akhirnya letih dan hilanglah keberanian yang diperlukan untuk berjalan maju dan timbullah keputusasaan. Charles R.Swindoll mengatakan “penyebab yang paling merusak dari keputusasaan adalah kehilangan sama sekali keyakinan”.[19]

Apa yang harus diperbuat ketika mengalami keputusasaan ? Yang harus dalalukan adalah berperang melawan serangan tersebut karena keputusasaan tidak menolong sama sekali dan tidak membuat keadaan lebih baik namun akan lebih buruk.

 

Ujian Pengampunan

Seorang peminpin, ia juga harus mengalami ujian pengampunan. Seseorang telah  berusaha melakukan apa yang benar tetapi akhirnya dia menerima hal-hal yang tidak wajar yang dapat menyakitkan hati. Ini adalah ujian pengampunan.

Dalam hal ini pemimpin harus dapat mengampuni mereka yang telah mengecewakannya. Dalam Alkitab dapat dilihat    para pemimpin yang harus rela mengampuni , yaitu : Musa, Rasul Paulus, Yusuf, Stefanus, Ayub dan Yesus. Sebagai contoh , Ayub yang berdoa untuk sahabat-sahabatnya yang meninggalkan dia dalam kesakitan dan penderitaan ketika ia kehilangan segala miliknya. Mereka justru telah menghakimi dan mengkritik dirinya.

Sebagai hasil dari doa yang ia naikkan untuk mereka dan pengampunannya atas mereka ia menerima berkat dua kali lipat dari Tuhan. Untuk itu seorang pemimpin harus dapat mengampuni sesamanya.

 

Ujian Padang Gurun

Cara lain Allah menguji seseorang adalah dengan mengizinkannyanmengalami saat-saat kekeringan, saat diman tidak ada suati hal apapun yang menolong atau menyegarkan jiwanya. Dia pergi kegereja tetapi ketika keluar dari gereja tidak ada perubahan yang dialami. Dia membaca buku, bernyanyi, berdoa namun tidak ada perubahan. Segala sesuatunya kering bahkan sahabat dan teman pun tidak bisa memberi penghiburan. Sepertinya Allah tidak menyertai dan merasa terhilang dan merasa tidak terpanggil. Di saat gersang seorang pemimpin kelihatannya tidak mendapatkan apapun yang diinginkan, ia menjadi letih berkorban dan sangat merindukan agar sesuatu terjadi.

Dalam keadaan seperti ini, menjadi seorang pemimpin harus belajar untuk tidak mendasarkan segala sesuatu di atas emosi. Perasaan tidak menentukan apakah Allah beserta dengan dirinya atau tidak. Pemimpin harus ingat bahwa dia ditempatkan untuk jangka panjang, bukan hanya untuk saat-saat dimana segalanya terasa baik dan merasa senang, tetapi juga untuk saat-saat dimana tidak merasakan apa-apa (gersang).

 

Ujian Mengalami Pengkhianatan

Ujian yang lain akan dihadapi oleh seseorang pemimpin adalah ujian pengkhianatan. Penghianatan itu terkadang bukan dari orang lain tetapi justru dari orang yang paling dekat yang sudah dipercayai. Hal ini juga terjadi di dalam organisasi gereja. Joyce Meyer pernah berkata: “ Ada beberapa pendeta yang mempunyai pendeta pembantu  yang berhianat mengambil jemaat dan memisahkan diri untuk membentuk jemaat baru.”[20]    

Satu hal yang berbahaya apabila seorang pemimpin terlalu banyak berharap pada orang-orang yang ada disekitarnya. Saat pemimpin menetapkan diri dalam pengharapan bahwa mereka tidak akan menyakiti hati, maka saat itu pulalah seorang pemimpin telah menempatkan dirinya untuk mengalami kekecewaan yang sangat berat.

Setan sangat senang dengan pengkhianatan karena seringkali ketika seseorang mengalami penghianatan, dia merasa bahwa dirinya tidak bisa mempercayai siapapun. Dia ingin menyerah, berhenti dan pergi ketempat lain untuk menjadi petualang seorang diri dan melakukan apa yang ia inginkan sehingga dia tidak mengalami luka yang sama. Menjadi seorang pemimpin, harus bertekad bahwa dirinya tidak akan pernah membiarkan Iblis menghalanginya melainkan terus maju, sekalipun sedang mengalami penghianatan.

 

PENUTUP

Kesimpulan

Kepemimpinan  dapat dipahami dan dimengerti secara komprehensif apabila istilah itu diberi definisi yang tepat.  Drs. Sugianto Wiryoputro, Akt. Mengetengahkan definisi Kepemimpinan itu dengan lebih holistic yang dikutip dari karya tulis H. Siagian ; “Kepemimpinan atau Leadership adalah cara atau teknik pimpinan atau manajer untuk mengarahkan dan menyuruh supaya orang lain mau mengerjakan apa yang ditugaskan” ( H.Siagian, 1977:27)[21]. Oleh karena itu setiap pribadi-pribadi yang diberi wewenang oleh Allah untuk melakukan kepemimpinan dalam bidang kehidupan manusia harus seharusnya memahami dan memiliki syarat-syarat kepemimpinan. Itulah sebabnya Kepemimpinan Kristen harus benar-benar memiliki persyaratan menjadi seorang pemimpin dan seorang visioner sehingga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin menjadi maksimal dan mendatangkan pertumbuha dan bukan kemerosotan dalam pelayanan.  George Barna yang telah banyak makan garam dalam kepemimpinan dalam bukunya yang tergolong best seller itu menulis tentang  syarat-syarat kepemimpinan.  G. Barna mengutip tulisan Rasul Paulus tentang kepribadian seorang pemimpin yakni;” seorang pemimpin harus memiliki Moral tinggi, perilaku etis, sikap yang benar, motivasi yang murni, tujuan-tujuan yang baik, kebiasaan-kebiasaan positif, kwalitas persahabatan dan reputasi yang baik”.[22]

 

KEPUSTAKAAN

Buck Rodgers dan Irv Levey, Menggali Yang Terbaik Dari Diri Sendiri Dan Orang Lain (Jakarta: Mitra Utama, 1996).

C. Peter Wagner, Diatas Puncak Gelombang Menjadi seorang Kristen Dunia (Jakarta: Harvest Publication House, 1996(.

David Hocking, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin 7 Hukum Kepemimpinan Rohani (Yogyakarta: Andi, 1999).

DR. P. Octavianus, Managemen dan KepemimpinanMenurut Wahyu Allah (Malang: Gandum Mas, 1991).

Drs.Sugyanto Wiryoputro,Akt., Dasar-Dasar Managemen Kristiani (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2001).

Frank Damazio, Pemimpin Barisan Depan (Jakarta: Harvest Publication House, 1995).

George Barna, Leaderson Leadership-Pandangan Para Pemimpin Tentang Kepemimpinan (Malang: Gandum Mas, 2002).

James M. Jenks dan John M. Kelly, Delegasi dalam ManajemenPerusahaan-Rahasia Kekuatan Manajer Sukses, Jakarta: PT.BPK.Gunung Mulia, 1997.

James M. Kouzes dkk, Lima Teladan Kepemimpinan, Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer, 2004.

Jay Dennis, Leading With Billy Graham, Surabaya: Majesty Books Publisher, 2006.

John C. Maxwell, 17 Hukum Tak Tersangkali Dalam Kerjasama Tim, Indonesia: Equip, 2001.

John C. Maxwell, 21 Hukum Tak Terbantahkan Dalam Kepemimpinan,Indonesia:.Injoy Inc- 1998.

John C. Maxwell, Leadership The Success Journey,Jakarta: Harvest Publication House, 2003.

John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Sekeliling Anda –Edisi Khusus,(Indonesia: PT.Mitra Media, 2001.

John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Sekeliling Anda, Indonesia,.Injoy Inc- 1995.

John C. Maxwell,Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, Indonesia, Equip,1982.

John L. Mason, Anda Dilahirkan Oririsinil Jangan Mati Sebagai SalinanJakartaHarvest Publication House,1994

John Stott,Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani, Jakarta,Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1996.

Johny The,  Menjadi Pemimpin Unggul Dengan Strategi Marketing Paulus. Yogyakarta: Andi, 2006

Leinardo A. Sjiamsuri, 7 Langkah mencapai Kemenangan dan Terobosan, Jakarta: Nafiri Gabriel, 2004

LPMI,  Managemen Pertumbuhan Gereja Dan Kepemimpinan Visioner,Jakarta:Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia, 1998.

Pdt. Ferry H.A. Lembong, STh., Hanya Oleh Anugerah Aku Jadi Seperti  Aku Sekarang. Jakarta, Departemen Komukasi dan Penelitian Pengembangan Gereja Bethel Indonesia, 1998.

Robert D. Dale, Pelayanan Sebagai Pemimpin,  Malang: Gandum Mas, 1997

Stephen R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective People, Jakarta, Binarupa Aksara, 1997.

Sun Tzu, Menang dalam Persaingan,Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993

David Garrison,10 Prinsip Penanaman Dan Pengembangan Gereja, Jakarta: YWAM Publishing Indonesia, 2002

George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja, Malang: Gandum Mas. 2002.

John Eckhardt, Bergerak di Jalur Kerasulan, Jakarta, Nafiri Gabriel, 2002

Peter Scazzero dan Warren Bird, Gereja Yang Sehat Secara Emosional, Batam: Gospel Press, 2005.

Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, Malang: Gandum Mas, 2003



[1]Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1994), 49.

[2]John C.Maxwell, Buku Equip 1 ( Jakatra : t.p., 2003, 15

[3]J.Oswald Sanders, Op.cit. 149.

[4]Ibid., 58

[5]Alkitab, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1997), 259.

[6]DR.P.Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah  (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002), 183.

[7]Gottfriedo Sei-Mensah, Dicari Pemimpin Yang Menjadi Pelayan (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2001), 11.

[8] J.Oswald Sanders, Op.cit., 65.

[9] Ibid., 65

[10] Alkitab, Op.cit., 252

[11] J.Oswald Sanders, Op.cit., 69

[12] .Oswald Sanders, Op.cit.., 69.

[13] Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk ( Jakarta: Immanuel,2002),  260.

[14]Ibid., 269.

[15]Fredsmith, SR., Memimpin Dengan Integritas ( Jakarta: Imanuel, 2002),  17.

[16]M.Karjadi, Kepemimpinan (Leadership) (Bandung: PT.Karya Nusantara, 1993),  48

[17]John C. Maxwell, Buku Equip 2, Jakarta, 2003.

[18]J.Oswald Sanders, Op.cit., 135

[19] Charles R.Swindoll, Kepemimpinan Kristen yang Berhasil,  (Surabaya: YAKIN),103.

[20]Joyce Meyer, Op.cit., 210.

[21]Drs. Sugianto Wiryoputro, Akt; Dasar-Dasar Manajemen Kristiani  (Jakarta: PT.BPK. Gunung Mulia, Tahun. 2001), 4.

[22]George Barna; Leaders On Leadership  (Malang, Gandum Mas, 2002), 1001

Kamtibmas Indonesia Kep.Riau dikunjungi oleh 2 Tokoh Masyarakat yang mendukung terciptanya Kamtibmas kondusif di Masyarakat Kep. Riau










Batam, www.mediakamtibmas.online

Ketua Dewan Pakar Kamtibmas Indonesia Prov. Kepri Bapak Amri Piliang dengan semangat membesarkan organisasi mengundang Bapak Ir. Endipat Wijaya ke Markas Kamtibmas Indoneisa Prov Kepri di Kec.Sagulung Top 100 Tembesi Batam, Sabtu 12 Agustus 2023 PKL 13.00 WIB.

Ketua Kamtibmas Indonesia Prov.Kepri, sangat bahagia dapat di kunjungi oleh bapak Ir.Endipat Wijaya yang saat ini bertugas di dalam staf Kementrian Pertahanan RI.
Dalam kunjungan tersebut Bapak Ir Endipat Wijaya menyampaikan pesan,arahan serta program program Kementrian Pertahanan RI sangat mendukung adanya organisasi Kamtibmas Indonesia. Beliau sangat mendukung diminta Pengurus Kamtibmas Indonesia Prov.Kepri agar menjadi pembina di organisasi ini. Beliau dengan senang hati menerimanya. Menurut beliau karena Pemilu 2024 sudah semakin dekat maka beliau menyampaikan kepada Pengurus Kamtibmas Indonesia Kepri agar menjaga Kamtibmas masa Pemilu yang bersesuian dengan program satgas garda pemilu 2024 Prov. Kepri,
Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa dalam konstestan pemilu ini 2024 beliau ikut maju menuju DPR - RI maka menyampaikan kepada seluruh Keluarga Besar Kamtibmas Indonesia Prov.Kepri untuk dapat mendukung dan mendoakan beliau untuk duduk di DPR RI wilayah pemilihan Prov.kepri.
Sejalan dengan tujuan dari awal untuk mendukung Kamtibmas Indonesia Kepri semakin besar manfaatnya bagi masyarakat, Ketua Dewan Pakar Kamtibmas Indonesia Prov. Kepri. Salah satu tokoh masyarakat Bapak Amri Piliang juga menyampaikan kepada seluruh Pengurus dan anggota Kamtibmas Indonesia Kepri untuk bersama sama mendukung dan memenangkan kami untuk DPRD Provinsi dan DPR RI dari partai Gerinda Dapil 5 dan Dapil Prov. Kepri. (Meidison Simamora Kaperwil Kepri)
Ed: YG01



Kamtibmas Indonesia Kep.Riau dikunjungi oleh 2 Tokoh Masyarakat yang mendukung terciptanya Kamtibmas kondusif di Masyarakat Kep. Riau










Batam, www.mediakatibmas.online

Ketua Dewan Pakar Kamtibmas Indonesia Prov. Kepri Bapak Amri Piliang dengan semangat membesarkan organisasi mengundang Bapak Ir. Endipat Wijaya ke Markas Kamtibmas Indoneisa Prov Kepri di Kec.Sagulung Top 100 Tembesi Batam, Sabtu 12 Agustus 2023 PKL 13.00 WIB.

Ketua Kamtibmas Indonesia Prov.Kepri, sangat bahagia dapat di kunjungi oleh bapak Ir.Endipat Wijaya yang saat ini bertugas di dalam staf Kementrian Pertahanan RI.
Dalam kunjungan tersebut Bapak Ir Endipat Wijaya menyampaikan pesan,arahan serta program program Kementrian Pertahanan RI sangat mendukung adanya organisasi Kamtibmas Indonesia. Beliau sangat mendukung diminta Pengurus Kamtibmas Indonesia Prov.Kepri agar menjadi pembina di organisasi ini. Beliau dengan senang hati menerimanya. Menurut beliau karena Pemilu 2024 sudah semakin dekat maka beliau menyampaikan kepada Pengurus Kamtibmas Indonesia Kepri agar menjaga Kamtibmas masa Pemilu yang bersesuian dengan program satgas garda pemilu 2024 Prov. Kepri,
Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa dalam konstestan pemilu ini 2024 beliau ikut maju menuju DPR - RI maka menyampaikan kepada seluruh Keluarga Besar Kamtibmas Indonesia Prov.Kepri untuk dapat mendukung dan mendoakan beliau untuk duduk di DPR RI wilayah pemilihan Prov.kepri.
Sejalan dengan tujuan dari awal untuk mendukung Kamtibmas Indonesia Kepri semakin besar manfaatnya bagi masyarakat, Ketua Dewan Pakar Kamtibmas Indonesia Prov. Kepri. Salah satu tokoh masyarakat Bapak Amri Piliang juga menyampaikan kepada seluruh Pengurus dan anggota Kamtibmas Indonesia Kepri untuk bersama sama mendukung dan memenangkan kami untuk DPRD Provinsi dan DPR RI dari partai Gerinda Dapil 5 dan Dapil Prov. Kepri. (Meidison Simamora Kaperwil Kepri)
Ed: YG01